A.
Pendahuluan
Pendidikan agama merupakan pendidikan yang sangat
penting dan sangat dibutuhkan bagi setiap manusia yang sempurna, dan bahagia
baik dalam dunia maupun akhiratnya. Hal ini dibuktikan oleh adanya kenyataan
bahwa tata tertib dan ketentraman hidup sehari-hari dalam masyarakat tidak
hanya semata-mata ditentukan oleh ketentuan hukum saja, tetapi juga didasarkan
atas ikatan moral, nilai-nilai kesusilaan dan sopan santun yang didukung dan di
hayati bersama oleh masyarakat.
Terwujudnya kehidupan masyarakat yang berpegang pada
moralitas tak bisa lain kecuali dari pendidikan agama. Sebab moralitas yang
mempunyai daya ikat masyarakat bersumber
pada agama, nilai-nilai agama dan norma-norma agama
Mengingat pentingnya arti dan peranan agama bagi tata
kehidupan perseorangan maupun masyarkat, maka dalam rangka memperbaiki watak
bangsa haruslah bertumpu diatas landasan keagamaan yang kokoh, jalan untuk
mewujudkannya tidak bisa lain kecuali hanyalah dengan menempatkan pendidikan
agama sebagai faktor dasar yang paling penting.
Pembinaan kehidupan moral manusia dan penghayatan
keagamaan dalam kehidupan seseorang sebenarnya bukan sekedar mempercayai
seperangkat aqidah dan melaksanakan tata cara upacara keagamaan saja, tetapi
merupak usaha yang terus menerus untuk menyempurnakan diri pribadi dalam
hubungan kepada Tuhan yang maha Esa.
Pendidikan agama mempunyai jenjang dan tingkatan sendiri-sendiri agar manusia bisa belajar dengan
aktif dan efektif, demi menciptakan manusia yang berilmu dan beragama dan berakhlaq mulia, dan bisa di
banggakan oleh Negara yang tercinta ini
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, pemakalah akan
mencoba membahas tentang
1.
Apa saja jenjang tingkatan sekolah ?
2.
Upaya apa untuk meningkatkan
kualitas SDM melalui dunia persekolahan ?
3.
Apa Fungsi pendidikan Agama ?
C.
Pembahasan
a.
Jenjang Tingkatan Sekolah
1.
Taman Kanak-kanak
Tumbuhnya rasa agama dalam kepribadian anak dan terbentuknya dasar nilai moral yang baik, serta mulai terbina sikap positif
terhadap agama. Kegiatan pendidikan agama pada usia kanak-kanak ini
dikembangkan lebih banyak bersifat pengenalan, latihan dan pembiasaan.
Kemampuan daya pikir anak pada usia ini belum memungkinkan untuk berfikir
secara abstrak, karena pemikiran logis baru mulai bertumbuh kira-kira usia 7
tahun. Anak menyerap nilai-nilai melalui pengalaman yang di laluinya, baik
melalui penglihatan, pendengaran, perlakuan yang diterimanya maupun
latihan-latihan yang diberikan kepadanya.
Kepribadia guru, sikap dan perilaku serta keyakinan beragama guru ikut
diserap oleh anak didik secara tidak langsung.
Karena itu fungsi guru amat menentukan dalam pembinaan jiwa agama pada anak di usia taman kanak-kanak.
Jadi kita sebagai guru atau cagur ( calon guru ) harus benar-benar bisa
menanamkan kepribadian kita di dalam dunia pendidikan agama ini, karena jika
kita salah melangjkahkan kaki kita dalam dunia pendidikan maka jelas anak didik
kita ikut menjadi salah satu yang menjadi korbannya, padahal mereka adalah
calon-calon pemimpin yang harus kiata bina dan kita arahkan kejalan yang lurus
dan benar. Biasanya sebelum anak memasuki jenjang taman kanak-kanak ini
dimasukan dulu dalam PAUD “ Pendidikan Anak Usia Dini, agar mereka nanti lebih
cepat perkembangan otaknya dalam beradaptasi dalam dunianya.
2.
Sekolah Dasar
Tertanamnya bekal dasar keimanan, akhlaq atau budi pekerti serta
pengenalan, penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan peserta didik,
agar mampu melaksanakan agamanya secara benar.
Ciri pertumbuhan yang terjadi peserta didik
usia sekolah dasar ( 6-12 tahun ) antara lain anak sedang mengalami
prertumbuhan kecerdasan yang cepat, pemikiran logis mulai tumbuh pada usia kurang lebih 7 tahun, daya fantasinya
berkembang pesat, mereka juga aktif dan
senang dalam upacara dan kegiatan keagamaan, sandiwara keagamaan.
Pengaruh teman sebaya pada anak
usia sekolah dasar mendapatkan tempat yang layak karena itu kegiatan keagamaan
yang dulakukan secara bersama-sama dan
ramai sangat menyenangkan bagi mereka,
misalnya pergi ke tempat peribadatan secara beramai-ramai, kerja bakti
bersama-sama dan sebagainya.
3.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Tumbuh dan berkembangnya keimanan pada diri siswa, dan semakin mampu
mengembangkan akhlaq/budi pekerti yang baik serta mengenal nilai moral agama
dalam hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Peserta didik pada tingkat SLTP sedang mengalami perubahan jasmani yang
sangat cepat dan mengakibatkan kegoncangan emosi, sehingga sangat memerlukan
agama untuk menentramkan batinnya. Pertumbuhan jasmani terjadi baik dari luar
maupun dalam , seperti perubahan karena berakhirnya kelenjar kanak-kanak berganti
dengan kelenjar yang memproduksi hormon seks, yang mengakibatkan banyak
perubahan pada tubuhnya.
Pertumbuhan jasmani yang berjalan cepat itu tidak seimbang sehingga
terjadi ketidakserasian gerak dan perilaku. Diantara perubahan yang merisaukan
remaja yang tidak mengerti perubahan yang sedang di laluinya adalah perubahan
suara, perubahan kelenjar menyebabkan mimpi atau mulai haid.
Perkembangan kecerdasan telah sampai kepada mampu memahami hal yang
abstrak ( Pada usia kurang lebih 13 tahun ) dan mampu mengambil kesimpulan yang
abstrak dan kenyataan yang ditemuinya.
Kegiatan pendidikan agama hendaknya mempertimbangkan semua perubahan dan
kegoncangan yang dialami oleh sisaw SLTP ini, guru diharapkan mampu memahami
keadaan jiwanya yang sedang goncang dan mampu membantunya dalam mengatasi
berbagai kesulitan yang dialaminya.
4.
Sekolah Menengah Umum
Meningkatkan bekal pengetahuan, penghayatan dan pengamaln agama dalam
kehidupannya serta mampu mencari hubungan agama dengan ilmu pengetahuan dan
dengan kepentigan masyarakat.
Siswa pada tingkat SMU ini, pada umumnya berada pada usia yang paling goncang
(16-18 tahun). Pertumbuhan jasmani sedang dalam pemantapan, petumbuhan
kecerdasan dapat di katakan selesai, maka yang masih terjadi adalah pertumbuhan
kepribadian dan sosial. Ia ingin diakui dan untuk mendapat tempat yang patut
dalam lingkungan sejawatnya. Akibat
pertumuhan jasmani telah selesai, siswa merasa diri sudah dewasa namun di lain pihak ia masih tergantung pada orang tuanya, karena belum mampu mandiri.
Keinginan dan dorongan untuk bergaul dengan
teman lain jenisnya semakin kuat disebabkan oleh kematangan seksualnya. Di
tingkat SMU inilah kegiatan-kegiatan keagamaan harus sangat diperhatikan dan
harus di susun kegiatan-kegiatannya agar peserta didik bisa memantapkan
pendidikan agamanya.[1]
Tentunya kita tahu setelah tingkat SMU ini ada pendidikan berkelanjutan
( S1, S2 dan S3 ) pendidikan berkelanjutan ini juga sangat penting bagi kita
semua demi menjawab tantangan di era globalisasi ini dengan berpegang teguh pada pendidikan agama,
kita tahu banyak para sarjana yang masih
aktif dalam dunia koruptor karena minimnya mereka dalam dunia pendidikan
agamanya.
Seorang guru di
sekolah perlu secara jelas memahami anak dengan dunianya yang “unik”, dalam
arti yang berda-beda, karena jika guru
tidak bisa memahami dunianya maka sulit untuk mengarahkan peserta didik tersebut.[2]
b.
Upaya Untuk Meningkatkan
Kualitas SDM Melalui Dunia Persekolahan
Dalam upaya peningkatan kualitas SDM melalui dunia persekolahan perlu diadakan
beberapa pendekatan, yaitu
1.
Pendekatan Religius.
Dalam konteks ini perlu disusun kurikulum dari jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dengan kurikulum
yang bernuansa religius. Bergerak dari kurikulum sekolah yang bernuansa
religius, dengan proses pendidikan yang religius, akan dihasilkan output yang
sama pula. Output pendidikan tersebut akan melahirkan SDM yang religius
dan dapat mengisi setiap lowongan kerja/jabatan yang ada, sehingga diharapkan
setiap lini akan menghasilkan pekerjaan yang halal/bebas korupsi.. Salah
satunya disinilah pendidikan agama berperan, dengan pendidikan agama yang kuat
insyaallah sesuatu yang kita jalankan akan berpegang teguh pada kehalalan dan
anti korupsi.
2. Pendekatan Politik.
Telah
umum diketahui bahwa terlepas dari sistem politik yang dianut oleh suatu
negara, salah satu tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya. Dalam konteks kehidupan kenegaraan, kesejahteraan masyarakat tidak
lagi dibatasi pada kesejahteraan fisik yang terwujud pada kemakmuran ekonomi
yang semakin merata, tetapi juga kesejahteraan mental spiritual. Bahkan,
kesejahteraan dimaksud dewasa ini sering dikaitkan dengan kualitas hidup umat
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya yang tidak hanya diikuti, akan
tetapi juga dijunjung tinggi. Bicara politik tentu kita mendabakan seorang
ahli-ahli politik yang tetap berpegang teguh dalam pendidikan agama,disinilah
dibutuhkan sosok-sosok pemimpin dan manajer yang yang visioner dan mampu
bertindak cepat menangani masalah yang ada. Sosok pemimpin dan manajer yang
visioner adalah mereka yang mampu membaca tanda-tanda zaman, cepat mengamati
fenomina mutakhir, selalu mengikuti
dinamika global dan cerdas mengeluarkan ide-ide dan gagasan-gagasan segar yang
mampu memecahkan masalah dalam jangka pendek,menengah dan panjang.
3. Pendekatan Ekonomi.
Krisis
ekonomi yang berkepanjangan dan seakan-akan tak kunjung reda di negara kita
berdampak sangat buruk bagi peningkatan kualitas SDM. Banyak anggota masyarakat
(SDM) yang merupakan aset suatu negara tidak dapat melanjutkan studi
(pendidikan) ke jenjang lebih tinggi karena ketidakmampuan ekonominya. Hal ini
akan dapat diatasi apabila pengambil kebijakan dalam mengelola pembiayaan
pendidikan lebih arif dan bijaksana dalam mengelola biaya pendidikan yang
tersedia.
4. Pendekatan Hukum.
Salah
satu indikator kehidupan masyarakat modern adalah makin tingginya kesadaran
anggota masyarakat akan pentingnya keseimbangan antara kewajiban dan hak
masing-masing. Instrumen utama untuk menjamin keseimbangan tersebut adalah
kepastian hukum. Kualitas SDM dapat ditingkatkan dengan mematuhi hukum-hukum
yang berlaku di negaranya. Dengan mematuhi hukum termasuk peraturan-peraturan
di tempat ia bekerja, sehingga pelanggaran jarang terjadi atau bahkan tidak
terjadi, kualitas SDM akan meningkat.
5. Pendekatan Sosio-Kultural.
Nilai-nilai
budaya menentukan baik atau tidak baik dan benar atau salah. Dalam peningkatan
kualitas SDM, nilai sosio-kultural merupakan suatu faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan. Seseorang (SDM) akan malu berbuat tidak baik karena
masyarakat akan menilainya dan bahkan mengucilkannya jika seseorang terbukti
berbuat hal-hal yang berbenturan dengan adat istiadat (budaya) suatu kelompok.
Oleh sebab itu, budaya malu itu perlu di pupuk. Peningkatan kualitas tidak
dapat dilakukan jika tidak ada yang mengikutinya.
6. Pendekatan Administratif/Manajerial.
Salah
satu ciri yang menonjol di abad ini adalah terciptanya berbagai jenis
organisasi. Oleh sebab itu, manusia modern sering disebut manusia
organisasional yang menjadi fokus administratif/manajerial. Apabila suatu
pekerjaan dilaksanakan secara administratif/manajerial, maka efektivitas,
efisiensi, dan produktivitas akan dapat dicapai dengan mudah. Dengan demikian,
kualitas pun akan meningkat. Di dalam proses manajemen diperlukan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan. Apabila ketiga proses ini diikuti dengan benar,
peningkatan kualitas akan dapat dicapai. Salah satu filsafat manajemen adalah
mengurangi ketidakpastian. Jika memang itu benar, kualitas akan dapat
ditingkatkan. Manajemen pendidikan adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana
menata sumber daya, baik SDM maupun sumber daya lain untuk mencapai tujuan
pendidikan. Untuk itu, penataan manajemen pendidikan sangat diperlukan dalam
mencapai kualitas pendidikan yang akan berdampak positif pada peningkatan
kualitas SDM. Pada dasarnya, pendidikan mempunyai tujuan yanga akan dicapai,
dan untuk melestarikannya perlu di dukung oleh kurikulum yang jelas,
pembelajaran, ketenagaan (SDM), srana, dana, informasi dan lingkungan kondusif,
yang dikelola melalui proses dan sistematis.[3]
Kita
tahu kemajuan teknologi menjadi tantangan pendidikan. Oleh sebab itu dunia
pendidikan harus familier dengan teknologi mutakhir dan menjadikan
sebagai instrumen pendukung pendidikan saat ini, dari jenjang anak-anak di
lembaga pendidikan maju, teknologi diajarkan dengan intensif.
Lembaga
pendidikan sekolah dapat berusaha
mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan memiliki otoritas penuh untuk melaksanakan pilihan-pilihan
usaha yang paling tepat. Kurikulum pendidikan yang memiliki standar
khusus dikembangkan oleh setiap lembaga
pendidikan sekolah sesuai dengan kebutuhan yang ada. Guru adalah
pribadi yang mandiri, ia memiliki sejumlah
kemampuan untuk berinovasi, berinteraksi dengan siswa dengan segenap kemampuannya (akademis, etika, dan
moral) guna menghasilkan jenis-jenis pilihan yang paling tepat dan
cerdas.
c.
Fungsi pendidikan Agama
Dalam rangka pembangunan manusia
seutuhnya dan masyarakat seluruhnya, maka pendidikan agama berfungsi :
1.
Dalam aspek individual adalah
untuk membentuk manusia yang percanya dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha Esa
2.
Dalam aspek kehidupan masyarakat
dan bernegara adalah untuk :
a.
Melestarikan pancasila dan
melaksanakan ketentuan UUD 1945
b.
Melestarikan asas pembangunan
nasional, khususnya asas perikehidupan dalam keseimbangan.
c.
Melestarikan modal dasar
pembangunan nasional yakni modal rohaniyah
dan mental berupa kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang maha
Esa.
d.
Membimbing warga Negara Indonesia menjadi warga yang
baik sekaligus umat yang taat menjalankan agama.
D. Kesimpulan
Dari
serangkaian uraian diatas, dapat ditarik beberapa catatan akhir, sebagai
berikut:
1.
Jenjang tingkatan sekolah
meliputi:
a.
Taman kanak-kanak, yang mana
biasanya sebelum memasuki jenjang ini biasanya mengecam dulu pendidikan anak
usia dini ( PAUD )
b.
Sekolah dasar
c.
SLTP
d.
SMU yang akan berkelanjutan ke
jenjang S1 S2 dan S3
2. Dunia persekolahan atau lembaga-lembaga
pendidikan merupakan mesin produk SDM yang berkualitas. SDM merupakan suatu
topik yang tak pernah habis dibicarakan. Secanggih apa pun teknologi yang
dihasilkan, SDM-lah yang memegang peranan penting. Oleh sebab itu, peningkatan
kualitas SDM merupakan suatu kebutuhan yang mendesak, baik dalam menuju era
globalisasi maupun dalam kerangka otonomi daerah dan berlangsung terus-menerus.
3. Perbaikan sistem persekolahan
dalam hal ini manajemen lembaga pendidikan dan proses pembelajaran pada tingkat
dasar, menengah dan Pendidikan berkelanjutan (S2/S3) merupakan salah satu
alternatif dalam peningkatan kualitas SDM. Berbagai pendekatan perlu dilakukan
agar peningkatan kualitas SDM ini terlaksana dengan baik dan cepat, sehingga
terwujud tenaga pembangunan yang berkualitas.
4. pendidikan agama berfungsi :
A. Dalam aspek individual adalah untuk membentuk manusia yang percanya dan bertaqwa terhadap Tuhan
yang maha Esa
B. Dalam aspek kehidupan masyarakat dan bernegara adalah untuk :
1. Melestarikan pancasila dan melaksanakan ketentuan UUD 1945
2. Melestarikan asas pembanguna nasional, khususnya asas perikehidupan
dalam keseimbangan.
3. Melestarikan modal dasar pembangunan nasional yakni modal rohaniyah dan mental berupa kepercayaan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan yang maha Esa.
4. Membimbing warga Negara
Indonesia menjadi warga yang baik
sekaligus umat yang taat menjalankan agama.
Disadari bahwa tulisan makalah ini masih belum spesifik dalam
pembahasannya dan cenderung melebar, namun demikian mudah-mudahan cukup
memadai sebagai pijakan awal dalam wacana kita tentang pendidikan agama pada
berbagai jenjangdan tingkat persekolahan.
Akhirnya mohon maaf atas kekurangannya, atas saran dan kritik sebelumnya
diucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ab. Rahman Shaleh. Pendidikan
agama dan keagamaan ( Jakarta: PT. Gemawidu Pancaperkasa 2000 )
2.
Ab. Munir,M.Ed, Lembaga
Pendidikan ( Tangerang: Lekdis Nusantara 2006 )
3.
Jamal Ma`mur Asmani. Manajemen
pengelolaan dan kepimpinan pendidikan professional ( Diva Press: Bangun tapan Jogjakarta
2009 )
[1] Ab.
Rahman Shaleh. Pendidikan agama dan keagamaan ( Jakarta: PT. Gemawidu
Pancaperkasa 2000 ) hlm,22
[2] Ab.
Munir,M.Ed, Lembaga Pendidikan ( Tangerang: Lekdis Nusantara 2006 ) hlm 8
[3] Jamal
Ma`mur Asmani. Manajemen pengelolaan dan kepimpinan pendidikan professional ( Diva Press: Bangun tapan Jogjakarta
2009 ) hlm 80
maksih ini membantu
ReplyDelete